Ponpes Dzikir Al-Fath Rayakan Milad Ke-15 dengan Meriah, Dorong Pelestarian Budaya dan Ilmu Pengetahuan
![]() |
Dokumentasi oleh Pasundan Today di Pondok Pesantren Modern Dzikir Al-Fath |
SUKABUMI, PASUNDAN TODAY – Pondok Pesantren Modern Dzikir Al-Fath merayakan Milad ke-15 dengan gemerlap. Berbagai kegiatan budaya menghiasi perayaan ini, termasuk Festival Oldtrad Bola Lengeun Seuneu (Boles) dan Adu Lisung Tingkat Nasional, serta pertunjukan pencak silat jurus khas Aliran Sang Maung Bodas (SMB). Kemeriahan ini semakin istimewa dengan kehadiran Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon.
Fadli Zon, yang juga dikenal sebagai RI-28, menyerahkan piagam penghargaan atas pengakuan permainan tradisional Boles di tingkat nasional pada Rabu (29/01/2025). “Alhamdulillah, semoga Pak Menteri memahami makna utama kebudayaan. Tinggal bagaimana kebijakan selanjutnya—berapa kekuatan realistis Kementerian Kebudayaan dalam membangun dan mengembangkan keanekaragaman budaya Indonesia,” ungkap Muhammad Fajar Laksana, Pimpinan Ponpes Modern Dzikir Al-Fath.
Fadli Zon juga mengunjungi Museum Prabu Siliwangi di Ponpes Dzikir Al-Fath dan membubuhkan tanda tangannya di selembar bahan kanvas sebagai penguat bahwa museum tersebut telah terakreditasi oleh Kementerian Kebudayaan. Museum ini menyimpan berbagai benda bersejarah yang telah tiga kali diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ketua BRIN, Pak Putu, juga hadir dalam acara tersebut.
“Buku hasil penelitian BRIN kemarin sudah dicetak resmi oleh penerbit nasional dan akan diserahkan kepada Pak Menteri,” ungkap Fajar Laksana.
Ponpes Dzikir Al-Fath sebelumnya meraih juara pertama dalam bidang potensi seni dan budaya tingkat Jawa Barat pada tahun 2024. Pesantren ini juga dinobatkan sebagai yang terbaik dalam kategori objek wisata ramah muslim. Fajar mengungkapkan harapannya agar terbentuknya Kementerian Kebudayaan dapat memberikan perhatian lebih besar terhadap pelestarian budaya Indonesia, baik dari segi anggaran maupun program kerja.
“Contohnya, Museum Prabu Siliwangi telah mencetak lulusan S1, S2, dan S3. Cendekiawan bisa lahir dari museum, terutama dalam bidang seni budaya, filologi, arkeologi, antropologi, dan sebagainya,” jelasnya.
Fajar menekankan pentingnya museum sebagai pusat penelitian bagi para cendekiawan dan mengusulkan adanya penetapan hari besar bagi setiap jenis kebudayaan sebagai bentuk perlindungan budaya. “Museum bisa menjadi fondasi utama untuk menghasilkan temuan-temuan baru,” katanya.
Serangkaian kegiatan dalam perayaan Milad ke-15 Ponpes Modern Dzikir Al-Fath juga mencakup Acara Seminar Hasil Laporan Penelitian BRIN terkait Museum Prabu Siliwangi (tahap ke-3), Seminar Ustadz Garis Depan Al-Fath (UGD) dan Pembukaan Festival Maen Boles
Fadli Zon, yang juga dikenal sebagai RI-28, menyerahkan piagam penghargaan atas pengakuan permainan tradisional Boles di tingkat nasional pada Rabu (29/01/2025). “Alhamdulillah, semoga Pak Menteri memahami makna utama kebudayaan. Tinggal bagaimana kebijakan selanjutnya—berapa kekuatan realistis Kementerian Kebudayaan dalam membangun dan mengembangkan keanekaragaman budaya Indonesia,” ungkap Muhammad Fajar Laksana, Pimpinan Ponpes Modern Dzikir Al-Fath.
Fadli Zon juga mengunjungi Museum Prabu Siliwangi di Ponpes Dzikir Al-Fath dan membubuhkan tanda tangannya di selembar bahan kanvas sebagai penguat bahwa museum tersebut telah terakreditasi oleh Kementerian Kebudayaan. Museum ini menyimpan berbagai benda bersejarah yang telah tiga kali diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ketua BRIN, Pak Putu, juga hadir dalam acara tersebut.
“Buku hasil penelitian BRIN kemarin sudah dicetak resmi oleh penerbit nasional dan akan diserahkan kepada Pak Menteri,” ungkap Fajar Laksana.
Ponpes Dzikir Al-Fath sebelumnya meraih juara pertama dalam bidang potensi seni dan budaya tingkat Jawa Barat pada tahun 2024. Pesantren ini juga dinobatkan sebagai yang terbaik dalam kategori objek wisata ramah muslim. Fajar mengungkapkan harapannya agar terbentuknya Kementerian Kebudayaan dapat memberikan perhatian lebih besar terhadap pelestarian budaya Indonesia, baik dari segi anggaran maupun program kerja.
“Contohnya, Museum Prabu Siliwangi telah mencetak lulusan S1, S2, dan S3. Cendekiawan bisa lahir dari museum, terutama dalam bidang seni budaya, filologi, arkeologi, antropologi, dan sebagainya,” jelasnya.
Fajar menekankan pentingnya museum sebagai pusat penelitian bagi para cendekiawan dan mengusulkan adanya penetapan hari besar bagi setiap jenis kebudayaan sebagai bentuk perlindungan budaya. “Museum bisa menjadi fondasi utama untuk menghasilkan temuan-temuan baru,” katanya.
Serangkaian kegiatan dalam perayaan Milad ke-15 Ponpes Modern Dzikir Al-Fath juga mencakup Acara Seminar Hasil Laporan Penelitian BRIN terkait Museum Prabu Siliwangi (tahap ke-3), Seminar Ustadz Garis Depan Al-Fath (UGD) dan Pembukaan Festival Maen Boles
Share this content:
Post Comment